Mencecap Cerita Perubahan Berkearifan di Bali

Pertanian organik oleh siswa sekolah

Niatan Pak Nyoman besar. Melalui purwarupa Pasar Rakyat Bali yang diinisiasinya, ia ingin mewujudkan ketahanan pangan organik yang sehat dan berkelanjutan di Bali. Lebih jauh, dengan kolaborasi seluruh pelaku sistem dirinya ingin meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani, hingga lahirnya pengetahuan yang berkearifan – yang tidak hanya memberikan manfaat bagi manusia, tetapi juga pada semesta.

Gurat letih terpancar dari sosok I Nyoman Gede Suma Artha (53) pascarutinitasnya kemarin. Walau begitu, gestur tubuh pria yang akrab disapa Pak Nyoman ini masih tetap energik menuturkan perkembangan prototype (purwarupa) Pasar Rakyat Bali kepada tim BEKAL Pemimpin yang tengah melawat ke Bali pekan itu.

“Agendanya, kita mengunjungi kebun percontohan organik milik Pak Mangku, mitra Pasar Rakyat Bali yang berada di Desa Catur, Kintamani. Di sana nanti kita akan lihat langsung bagaimana lahan yang sudah mulai kita kelola dengan cara-cara yang baik,” ajak Pak Nyoman.

Selain menjadi ajang tatap muka pertama kali pascapembelajaran BEKAL Pemimpin 2021 yang dilakukan penuh secara daring, kesempatan itu juga menjadi permulaan tim BEKAL Pemimpin untuk mendengarkan cerita-cerita sekaligus merasakan langsung perjalanan dari sejumlah purwarupa di pulau Dewata, yaitu Pasar Rakyat Bali dan Melajah Alam.

Mengenakan jaket berlogo BEKAL, Pak Nyoman dengan runut menjelaskan proses yang telah dilakukan di lahan yang menjadi kebun percontohan organik itu. Dia juga menunjukkan langsung bagaimana metode pengelolaan yang telah dilakukan, mulai dari mempersiapkan lahan, pemberian pupuk, penghalau hama, sampai proses pascapanen yang semuanya telah organik.

“Melalui pengelolaan organik, nyaris semuanya tidak ada yang disia-siakan. Misalnya sampah sisa makanan, air sisa cucian beras, hingga kotoran ternak sekalipun bisa dimanfaatkan. Serta yang lebih penting, semua itu tidak merusak kualitas tanah, justru menyuburkan,” imbuhnya.

Pak Nyoman tidak sekadar memperlihatkan situasi, tetapi juga mengajak untuk ikut merasakan perubahan yang terjadi. Cerminan perubahan itu di antaranya nampak dari penuturan sejumlah siswa magang SMK Pertanian setempat yang mendapat banyak pengetahuan baru darinya tentang pertanian organik.

Kebun pertanian organik di Bali
Lahan percontohan organik yang berada di Desa Catur, Kintamani, Bali.

“Selama berkegiatan di sini saya banyak mendapat pembelajaran yang tidak didapatkan di kelas. Belajar pelbagai metode mengelola lahan, membuat pupuk organik, dan merawat tanaman. Dari praktik-praktik yang sudah dijalankan ini saya sudah menerapkannya di rumah,” ungkap salah satu siswa.

Cerminan perubahan lain datang langsung dari pemilik lahan, Pak Mangku. Dia menceritakan mulai memutuskan untuk beralih ke sistem pertanian organik bermula dari pertemuannya dengan Pak Nyoman. “Kemudian berlanjut menjadi pembelajaran bagi saya untuk mendalami pertanian organik,” ungkap Pak Mangku.

Di samping itu, Pak Mangku juga kian menyadari bahwa makanan seperti sayur dan buah yang dikonsumsi bersama keluarganya saat ini tidak sehat. “Oleh karenanya saya harus mulai mengubah dan memperbaiki kualitas hidup minimal melalui apa yang kami konsumsi,” sambungnya.

I Nyoman Gede Suma Artha saat berbincang dengan tim BEKAL Pemimpin di lahan percontohan organik Desa Kintamani, Bali.

Pak Nyoman merasakan niatannya ini akan selalu berhadapan dengan tantangan. Salah satu yang kentara ihwal penerimaan petani-petani setempat mengenai sistem pertanian organik. Selain alasan rumit, kecenderungan petani saat ini masih menganggap bertani organik memerlukan waktu yang lebih lama ketimbang konvensional. Kendati begitu dia yakin, dari sistem organik yang diterapkan di lahan Pak Mangku dan keterlibatan anak muda ini bisa menjadi awal perubahan yang dapat diikuti oleh yang lainnya.

Pak Nyoman dan Pak Mangku menyadari, perilaku bertani saat ini sudah jauh dari nilai-nilai kearifan. Bahkan pada tataran regulasi dan pemangku sistem. Bagi keduanya bertani bukan sekadar menghasilkan komoditas yang bernilai ekonomi, lebih dari itu menjadi cara bersyukur atas apa yang telah alam berikan dengan tidak merusak.

“Jadi ke depannya kita ingin menjadikan Pasar Rakyat Bali tidak sebatas menjadi komoditas saja, tapi juga sebagai tempat pembelajaran untuk menumbuhkan generasi penerus dan agen perubahan yang sadar, peduli, akan nilai-nilai berkearifan. Lebih jauh, Pasar Rakyat Bali akan menjadi laboratorium hidup, riset, dan pengembangan yang melahirkan produk yang memiliki daya saing global,” ungkap Pak Nyoman.

Leave a Comment

Dapatkan kabar terbaru kami

BEKAL Pemimpin

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit

IDEAS

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit

Co-CLASS

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit